Agenda RRT di Indonesia, Waktu Untuk Pribumi Hanya 2024

Oleh: Haz Pohan

KIBAR.NEWS, OPINI- Saya ini mantan wartawan. Istilah kini adalah wartawan senior. Meskipun menjadi dosen, termasuk di Lemhannas, diplomat, tetapi naluri wartawan tak pernah padam. Apa inti naluri wartawan? Dulu kami peka
terhadap keadilan dan kebenaran. Kami punya sense of mission sebagai pejuang.

Sekarang bagaimana wartawan kita? Wah payah, hanya segelintir masih memelihara idealisme dan profesionalisme. Karena kini yang menentukan isi dan arah berita adalah pemilik media. Tauke-tauke itu. Kalau saya masih aktif kini, saya akan quit kalau diatur-atur toke-toke itu bagaimana mengemas berita dan opini apa yang bisa membantu mencerahkan rakyat. Bukan untuk kepentingan toke-toke itu. Ini bukan saja memalukan tetapi menghina profesionalisme saya.

Jaman sekarang parah. Mayoritas media arus utama sudah either menjadi bagian konspirasi bisnis dan politik, atau menjadi bagian dari perpanjangan tangan kepentingan luar. Ini tak boleh terjadi, jika para insan pers masih memiliki idealisme dan sadar sebagai alat perjuangan. Contohnya kejadian stand-off polisi dan demonstran di Bawaslu media cenderung memberikan gambaran yang sengaja diopinikan against Islam. Ini provokasi, karena para pendemo damai-damai saja sampai ada provokator bayaran. Entah oleh siapa. Tapi tahulah kita ini permainan cukong-cuong itu.

Kemudian, jika di dalam negeri menjadi bagian dari kepentingan cukong
berkonspirasi dengan politik, yang lebih
parah adalah seakan-akan pers tak
menyadari telah dijadikan bagian dari
jaringan kepentingan luar: Amerika Serikat (AS) atauChina (RRT)!

AS nggak kapok, 5 tahun lalu memberi check kosong kepada China bahwa
Indonesia akan di take-over ISIS (Islamic State s of Iraq adan Syiria). Karena itu RRT mau bantu AS untuk memerangi Islam di Indonesia karena khawatir terinfiltrasi oleh ISIS. Ujung-ujungnya RRT meraup keuntungan besar: politik dan ekonomi. Kini AS kayaknya masih percaya bualan RRT, bahwa Indonesia kini sedang di take-over oleh Khilafah. Biar kami yang bereskan, kata RRT. Maka mereka bekerjasama dengan unsur khianat di dalam negeri. AS masih tak sadar.

AS tak sadar bahwa RRT punya agenda
strategis di Republik Indonesia (RI). Jika RI takluk, maka ASEAN takluk, dan ini prasyarat menguasai Asia Pasifik. Jika Asia Pasifik dikuasai maka akan dengan
mudah AS tergusur. Cuma RRT dan AS kayaknya nggak sadar bahwa menaklukkan Indonesia itu tidak mudah. Pertama, kita sadar ada agenda khianat sedang dimainkan dengan menggunakan kekuatan RRT.Indonesia menjadi game-changer!

Namun, .AS nggak sadar ada agenda komunissedang dimainkan RRT di Indonesia. Para hoakiau kini telah menjadi instrumen dan siap mendukung leluhur! Mereka lebih loyal ke Beijing daripada kepada negeri tempat kost, istilah mereka. Loyalitas tak boleh ganda. Kita sadar, dari sejak ribuan tahun lalu China ingin taklukkan Indonesia. Yang terakhir ikut mendompleng gerakan 30/S PKI. Baperki ikut main ketika itu. Untunglah kudeta pekai gagal. Dan RRT masih lemah. Kini?

Kini gawat! RRT kuat secara ekonomi, militer, dan politik. RRT juga ingin ikut mengatur urusan dalam negeri kita: siapa yang bisa memimpin siapa yang bukan. Siapa yang bisa menjadi partner dagang siapa yang bukan! Untuk sasaran stragegisnya tak segan-segan RRT membangun media, koran, TV, bahkan parpol yang menjadi pendukung agendanya. Ini mengerikan, dan orang Indonesia tak sadar, atau pura-pura pingsan..

Dalam satu diskusi di Medan, strategi penguasaan RRT terhadap Indonesia saya bahas. Termasuk penguasaan media. Jika dulu mendompleng parpol yang ada, kini RRT mendirikan parpol sendiri di Indonesia. Taulah kita parpol apa itu.

Ini yang dari awal saya maksudkan ‘framing’ kini dilakukan oleh media yang dikuasai toke-toke itu bahwa para pendemo adalah orang-orang radikal yang ingin mekakukan makar. Apakah AS sadar? Menurut saya AS sadar China sedang bermain di wilayah
pengaruhnya sendiri. Mereka sudah membagi wilayah pengaruh? AS belum ikhlas Asia Pasifik menjadi wilayah pengaruh RRT. Tetapi AS juga punya agenda ‘anti Islam’, mendukung posisi Israel..

Cuma orang Indonesia sadar gak? Baik China maupun AS ingin menetralisir’ Indonesia dari pengaruh Islam. Indonesia harus menjadi ‘sekuler’. Bagi AS artinya ‘separation of church and state’ agar mudah menjadi bagian dari kapitalisme dan liberalisme. Islam ancaman bagi AS. Terus RRT? Ingin mengikis Islam agar menjadi sekuler, agar suatu ketika gampang dijadikan komunis. Ini agenda lama, gagal di tahun 1965 kini ingin dihidupkan kembai. Jadi, baik AS maupun RRT ingin agar
Indonesia menjadi sekuler, sebagai
sasaran antara.

Saya pernah tinggal 6 tahun di AS,
nyaman-nhaman saja karena Islam tidak
ditindas di AS. Bahwa kelakuan AS terhadap Islam, beda itu dalam urusan luar negeri. RRT sadis di dalam negeri. Muslim dipaksa makan babi dan minum alkohol. Madrasah ditutup.. Jadi, sedih hati saya, sebagai pengamat media saya sedih, mengapa insan pers kita membisu, ketika negeri ini sedang ditaklukkan oleh RRT melalui proxy dan hianat- hianat di dalam negeri Ini gak boleh terjadi. Menjadi negeri taklukan RRT itu akan menempatkan Islam seperti di Uyghur..

Kesimpulannya: jika media
mainstream masih mem-framing opini
menyudutkan Islam ini tidak menolong, counter-productive dan akan lebih mempersulit tercapainya kesepakatan nasional asli opini anak negeri tanpa dipengaruhi oleh agenda titipan RRT? dan begitulah pengamatan dan catatan saya sementara. Nanti kita lanjutkan lagi.. END. (Sumber: Twitter @hazpohan 23 Mei 2019)

Penulis adalah mantan wartawan harian Waspada Medan.

(Opin diatas merupakan gabungan dari  22 point yang telah disusun dan disampaikan oleh penulis) 

Haz Pohan merupakan pria kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Barat. Berikut perjalanan karirnya:
– Duta Besar RI untuk Polandia (2006-
2010)
– Staf Bidang Politik di KBRI di Moskow
– Kabid Politik di KBRI Sofia
– Kepala Bidang Politik I di PTRI New
York
– Direktur Eropa Tengah dan Timur
(2002 – 2006)

Komentar