KIBAR.NEWS, JAKARTA – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, Menyampaikan Peningkatan Hasil PISA Indonesia 2022
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengumumkan hasil positif Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia 2022. PISA, penilaian internasional oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), menunjukkan peningkatan peringkat Indonesia sebesar 5-6 posisi dibandingkan dengan tahun 2018.
Dalam aspek literasi, PISA 2022 menunjukkan penurunan hanya 12 persen, lebih rendah daripada penurunan rata-rata dunia sebesar 18 persen. Posisi Indonesia dalam aspek numerasi meningkat 5 posisi dari tahun 2016, sementara pada aspek sains, kenaikan mencapai 6 posisi.
Meskipun Indonesia mengalami learning loss selama pandemi COVID-19 pada 2022, Nadiem menekankan hasil yang positif ini sebagai pencapaian unik. Komentarnya saat Perilisan Hasil PISA 2022 disampaikan melalui saluran YouTube Kemendikbud RI pada Rabu (5/12/2023).
Selaras dengan hasil PISA, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, menyoroti pemulihan pembelajaran di Asesmen Nasional tahun 2023. Anindito menegaskan bahwa data Asesmen Nasional menunjukkan pemulihan pembelajaran di semua jenjang untuk literasi dan numerasi.
Pemulihan terutama terlihat di sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Anindito menekankan bahwa kurikulum sederhana ini, fokus pada numerasi, literasi, dan karakter, terbukti lebih efektif. Guru diberikan kepercayaan untuk menjadi pendidik profesional dengan fleksibilitas dalam menyesuaikan pembelajaran.
Grafik menunjukkan bahwa sekolah dengan penerapan Kurikulum Merdeka yang lebih lama mengalami peningkatan tingkat pemulihan literasi dan numerasi yang lebih tinggi. Kurikulum ini, dirancang sejak 2020, diimplementasikan sebagai prototipe pada 2021 di sekitar 3.000 sekolah di seluruh Indonesia. Pada tahun 2022, sekitar 140.000 sekolah secara sukarela menerapkannya, dan jumlah ini bertambah menjadi 160.000 sekolah pada 2023.
Diharapkan, dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional pada 2024, disrupsi akan minimal. Anindito menyakini bahwa meskipun ada disrupsi, itu akan bersifat positif, seperti kebingungan awal guru tentang asesmen, yang dianggap sebagai disrupsi yang baik. Dengan arah yang benar, sebagian besar sekolah di Indonesia sudah menunjukkan hasil positif dari penerapan Kurikulum Merdeka.
Komentar