KIBAR.NEWS, DAERAH– Puluhan pelajar Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20 Batuawu, Kecamatan Kabaena Selatan bakal tampil mewakili Kabupaten Bombana pada pagelaran Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Ke-60 di Kota Kendari.
Rencananya, para murid pilihan ini akan mempersembahkan salah satu jenis tarian khas Bombana dari Tokotu’a pulau Kabaena. Kelincahan dan gaya tari yang luwes membuat anak-anak di sekolah ini didapuk menjadi perwakilan bumi munajah di panggung pagelaran seni budaya yang dijadwalkan pada tanggal 29 April 2024 mendatang.
Siswa-siswi pilihan itu akan menunjukkan kecepatan mereka dalam tarian Lulo Alu. Mereka pun akan bertemu dengan 14 sekolah dasar perwakilan dari 14 Kabupaten/Kota di Sultra.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin mengatakan, SDN 20 Batuawu, Bombana mendapat kesempatan untuk bisa menampilkan tarian khas daerah Bombana di ajang pagelaran HUT Sultra ke-60. Menurutnya, siswa siswi yang bakal tampil tetsebut adalah murid pilihan dan tidak diragukan dalam memoeragakan jenis tarian yang menggunakan batang sagu tersebut.
“Para pelajar yang akan tampil terdiri dari 8 Orang penari laki-laki yang berperan sebagai pemegang Alu, sementara 4 Orang perempuan akan memainkan oerannya sebagai penari alias lulo. Intinya kemampuan mereka tidak diragukan lagi karena mereka sering tampil, utamanya di ajang festival budaya Tangkeno yang diselenggarakan setiap tahun di pulau Kabaena, ” kata Anisa Sri Prihatin.
Untuk diketahui, tari “Lulo Alu” merupakan sebuah tarian yang lazim dipersembahkan oleh masyarakat Moronene yang berada di Kabaena sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan (dalam tradisi kuno merujuk kepada Sangkoleo Nkina atau Sangkoleo Mpae) atas kesuburan alam, melimpahnya rezeki terutama dalam perolehan hasil panen.
Pada masa kini, tari “Lulo Alu” lebih sering dipersembahkan dalam acara penyambutan tamu atau dalam acara festival budaya.
Tari Lulo Alu memiliki gerakan yang mirip dengan tari “Morengku” yaitu melompati alu atau tongkat yang dibenturkan. Jumlah penari “Lulo Alu” sebanyak 12 orang yang terdiri dari 8 orang yang memegang alu yang dilambangkan dengan tongkat (biasanya penari pria) dan 4 orang penari wanita yang memegang nyiru (duku). Perlengkapan lain tarian ini adalah lesung kecil (nohu).
Jika penari yang memainkan alu, hal itu menggambarkan kegiatan menumbuk padi (“moisa”). Maka penari wanita yang memegang nyiru menggambarkan kegiatan menapis beras (“monapihi”) sebagaimana yang ditampilkan pada bagian awal tarian. Dinamai tari “lulo alu” karena dirangkaikan dengan “molulo” pada bagian akhir.
Sebagaimana yang sudah dipaparkan dalam tulisan tentang tari “Morengku”, tari dengan gerakan melompati alu atau tongkat yang dibenturkan (stick-jumping dance) diperkirakan berasal dari peradaban nenek moyang suku bangsa penutur bahasa Austronesia.
Hal ini didasarkan pada beberapa ragam jenis tari “stick-jumping dance” yang lazim dijumpai di beberapa masyarakat di Indonesia (seperti di Flores, Maluku, Kalimantan) dan di negara tetangga (seperti Tiongkok Selatan, Malysia, Myanmar, Taiwan, dan Filipina).
Komentar