Bedah Buku “Di antara Ayat dan Duri” Ungkap Realitas Perempuan dan Kekerasan Seksual

Kibar News, Kolaka – Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka bekerja sama dengan Komunitas Sajak Teras sukses menggelar bedah buku Di antara Ayat dan Duri, karya Sri Elita Sari, yang berlangsung di Auditorium USN Kolaka, Sabtu (15/03/25)

Acara yang berlangsung di Auditorium USN Kolaka ini mengusung tema Menggali Pesan Spiritual dan Realitas Kehidupan dalam Karya Sastra, menghadirkan diskusi mendalam mengenai kehidupan perempuan dan tantangan yang mereka hadapi.

Bedah buku ini menghadirkan Sri Elita Sari, S.Pd., selaku penulis, serta tiga narasumber lainnya, yakni Samsuddin, S.Pd., M.Hum., dosen USN Kolaka, Dra. Rosnawati, M.Hum., penggagas sekaligus pendiri Komunitas Sajak Teras, dan Hafidtriatmo sebagai komentator.

Baca Selengkapnya  Sri Mulyani Teken Aturan Besaran Biaya Uang Makan PNS

Mengungkap Realitas dalam Karya Sastra

Dalam pemaparannya, Sri Elita Sari menjelaskan bahwa novel Di antara Ayat dan Duri lahir dari keprihatinannya terhadap maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan.

Novel ini mengisahkan perjalanan Mawar, seorang gadis yang bercita-cita menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia mengagumi seorang ustaz muda bernama Ridho, tetapi perbedaan perspektif di antara mereka berujung pada keputusan Mawar untuk menjauh.

Keputusan itu memicu kemarahan Ridho hingga berakhir pada tindakan kekerasan seksual terhadap Mawar.

“Novel ini mencoba menggambarkan bagaimana perempuan sering kali menghadapi tekanan dari lingkungan, bahkan ketika mereka berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Mawar adalah representasi dari banyak perempuan yang harus berjuang menghadapi realitas pahit,” jelas Sri Elita Sari.

Baca Selengkapnya  Terkait Politeknik Bombana, LLDIKTI Wilayah IX: Ada Surat, Ada Bukti, Kami Tindak!

Analisis Kritis dari Para Narasumber

Samsuddin, S.Pd., M.Hum., menganalisis novel ini melalui pendekatan romantisme. Menurutnya, judul Di antara Ayat dan Duri memiliki makna simbolis yang kuat.

“Kata ‘Ayat’ merepresentasikan dunia ideal Mawar dan Ridho, di mana keduanya saling mengagumi, sedangkan ‘Duri’ melambangkan kenyataan pahit yang membuat mereka tidak bisa bersatu,” paparnya.

Sementara itu, Dra. Rosnawati, M.Hum., menekankan bahwa setiap karya sastra adalah fiksi, tetapi tetap mencerminkan realitas sosial.

“Meskipun berangkat dari kisah nyata, novel ini tetap merupakan fiksi yang bertujuan mengangkat persoalan yang kerap diabaikan masyarakat,” ujarnya.

Hafidtriatmo, sebagai komentator, mengapresiasi keberanian Sri Elita Sari dalam mengangkat tema yang sensitif. Ia menyoroti bahwa banyak korban pelecehan seksual yang merasa tidak mendapatkan keadilan karena berbagai faktor sosial dan budaya.

“Tidak ada tempat yang sepenuhnya aman, bahkan di lingkungan yang dianggap paling suci sekalipun,” tegasnya.

Baca Selengkapnya  Imam Besar Masjid Istiqlal: PMII, Bukan Hanya Ilmuan

Antusiasme Peserta dan Harapan ke Depan

Kegiatan ini disambut antusias oleh peserta, yang mayoritas merupakan mahasiswa dan pecinta sastra. Diskusi yang berlangsung membuka wawasan tentang pentingnya kesadaran terhadap isu pelecehan seksual serta bagaimana sastra dapat menjadi medium untuk menyuarakan ketidakadilan yang dialami perempuan.

Bagi yang tertarik mendalami lebih lanjut kisah perjuangan Mawar dan realitas sosial yang diangkat dalam novel Di antara Ayat dan Duri, buku ini dapat dipesan melalui toko online Penerbit PT. Shofia Media Kreatif, Kota Bandung, Jawa Barat.

Komentar