Oleh: Syahrir Lantoni (BUR Center)
OPINI – TIDAK Kapok-kapoknya pejabat tinggi Bombana menggiring Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk memilih salah satu calon bupati. Tak hanya menggiring, tapi juga bersifat instruktif, kadang dengan ancaman.
Setelah Kadis Dikbud tidak diapa-apakan pada kasus mutasi guru yang berujung demo, ditemukan lagi fakta kalau camat lurah, dan kepala dinas bergerak mengajak warga mendukung salah satu calon bupati.
Camat Rumbia Tengah dan Staf Dinas Perikanan, mengumpulkan warga dengan modus memberi bantuan. Namun ada embel-embel harus mendukung Andi Nirwana Sebbu (ASN).
Kepala Inspektorat juga turun gunung menemui banyak kepala desa. Tujuannya sama, dengan modus akan diperiksa. Sebab diketahui kepala desa banyak yang mendukung Burhanuddin, bahkan sebelum berpasangan dengan Ahmad Yani.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, juga menemui sejumlah kepala desa di Kabaena, Masaloka, dan kecamatan lain. Salahnya, dia membawa H Tafdil —suami ASN— dan Heryanto.
Kepala Dinas Dikbud Bombana memerintahkan banyak kepala sekolah untuk mengajak guru-guru membentuk kelompok pendukung ANS. Tiap
kelompok berjumlah 20 orang. Videonya sudah viral sejak dua bulan lalu.
Dalam video, Kepala SDN 26 Toari Bombana memberi arahan kepada guru-guru untuk membentuk tim atau kelompok pemenangan Andi Nirwana. Hanya saja instruksinya guru tidak boleh menjadi ketua pemenangan.
Mereka juga diberikan satu lembar form dengan kop bertuliskan ANS, akronim dari Aman Nyaman dan Sejahtera, untuk menyamarkan inisial Andi Nirwana Sebbu dengan akronim ANS juga.
Pada deklarasi pasangan ANS-To di MTQ-RTH Kasipute, PNS digiring ikut deklarasi. Agar tidak mencolok, para PNS diminta ganti baju. Memang deklarasi itu dilakukan pada hari kerja, Rabu 28 Agustus 2024.
Seorang staf di Dinas Perindakop ketuhuan berfoto bersama H Burhanuddin, langsung dipanggil oleh Sekda. Seorang honorer di Pertanian juga dipanggil kepala dinasnya untuk tidak mendukung Burhanuddin.
Fakta-fakta ini membuat kita miris. PNS di Bombana digiring untuk berpolitik dalam bentuk dukung mendukung. Pilkada Bombana pada 27 November 2024 mendatang akan dihantui ketidaknetralan aparatur sipil negara (ASN).
Andi Nirwana maju Pilkada Bombana 2024 boleh jadi berkat dorongan suami, H Tafdil. Tafdil pernah berkuasa selama dua periode sebagai bupati. Dia berakhir pada 2022 dan digantikan Ir H Burhanuddin, MSi sebagai Penjabat (Pj) bupati.
Empuknya kekuasaan mendorong istrinya untuk maju, apalagi Andi Nirwana gagal menjadi anggota DPD RI dalam Pemilu 2024 lalu. Hal sama juga pada sang suami, H Tafdil, yang tidak lolos DPR RI pada Pilcaleg 2024.
Jadi satu-satunya kesempatan untuk eksis lagi adalah istri harus jadi bupati. Untuk mendulang suara PNS, terutama guru-guru, adik kandung Nirwana selaku Kadis Dikbud Bombana diajak berbuat salah: tidak netral.
Ingat, hampir semua PNS di Bombana naik berkat tandatangan H Tafdil. Kepala-kepala dinas saat ini masih merupakan hasil pengangkatannya. Sejak berhenti dari bupati tahun 2022 dan dilanjutkan oleh Pj bupati Ir H Burhanuddin, belum ada satupun kepala dinas yang diganti. Mereka masih produk H Tafdil.
Barulah di jaman Pj Edy Suharmanto dilakukan mutasi kecil. Inspektorat diganti, Kadis PU digeser, Kadis Kominfo digeser ke PU, dan Kadis Perikanan bertukar tempat dengan Kadis Pertanian. Hanya itu.
Jabatan kepala dinas adalah pemegang kuasa anggaran. Mereka pun bisa melakukan apa saja, termasuk mendukung misi H Tafdil sebagai balas jasa.
ASN yang tidak netral sudah menghantui Pilkada Bombana. Apalagi lawan berat Andi Nirwana, Ir. H. Burhanuddin MSi, makin nendapat apresiasi dari masyarakat karena sukses mengubah Bombana hanya dalam 15 bulan memimpin.
Berbagai survei yang digelar, angka elektabilitas Burhanuddin terus menanjak. Top of mind menembus angka 27 hingga 30 persen, sementara Andi Nirwana hanya berkisar 12 hingga 15 persen.
Begitu juga dengan tingkat elektabilitas, mantan Pj bupati di tiga kabupaten berbeda di Sultra ini jauh unggul dari ANS. Burhanuddin berkisar 32 sampai 36 persen, sedangkan ANS 14 hingga 18 persen. Jauh.
Satu-satunya item survei yang diungguli ANS hanyalah tingkat popularitas. Namun anggota DPD RI ini hanya unggul tipis, sangat tipis: 1-2 point. Nirwana 78 sampai 80 persen sedangkan Burhanuddin 76 hingga 78 persen.
Mengapa popularitas Nirwana unggul tipis? Karena ANS sudah 10 tahun di Bombana mendampingi suami. Juga, sebagai senator di parlemen RI, banyak turun ke Bombana menyalurkan bantuan dari uang negara dan sosialisasi 4 Pilar MPR.
Bandingkan dengan Burhanuddin. Hanya dalam 15 bulan di Bombana sudah nyaris menyamai tingkat keterkenalan Andi Nirwana. Apa jadinya jika saja Burhanuddin 5 tahun di Bombana.
Survei yang selalu unggul membuat H Tafdil dan Andi Nirwana was was. Takut kalah. Jangan heran kalau ASN, terutama di lingkup Dikbud Bombana, diarahkan dengan ancaman, paksaan, dan semacamnya.
Ketidaknetralan inilah yang mengancam demokratisasi Pilkada Bombana. Pj Bupati Edy Suharmanto haruslah memastikan pilkada netral, bersih, jujur, dan adil.
Pidato-pidato klise menghimbau ASN harus netral hanya membuat kita muak. Netralitas tidak ada artinya kalau hanya di mulut. Buktinya, Andi M Arsyad selaku Kadis Dikbud masih terus beraksi.
Sekda Bombana Man Arfa dicurigai menjadi pelindung pejabat-pejabat yang haluan politiknya ke Langkapa. Seperti semua dia yang atur. Sedang ASN yang ketahuan mendukung Burhanuddin dipanggil, diperingati dan diarahkan. Tidak fair.
Akhirnya kita berkesimpulan bahwa pasangan calon bupati Burhanuddin-Ahmad Yani tidak hanya berhadapan dengan ANS-To tapi lebih dari itu, dia dipaksa melawan birokrat yang tidak netral. Begitu kira-kira. Tabik.
RSUD Tanduale, 3 September 2024
Komentar